Krisis Air Bersih di Mamba: Warga Samapi Terpaksa Menginap Demi Antrian

BORONG, TRIBUNGARDAIKN.COM– Krisis air minum bersih kembali mencuat di Desa Mamba, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur (Matim). Warga harus berjuang keras demi memperoleh air bersih yang jumlahnya terbatas. Ironisnya, sebagian warga bahkan rela menginap di lokasi sumber air demi mendapatkan giliran.

Kondisi ini terungkap lewat unggahan warganet di media sosial. Akun Facebook bernama Maksi Rambak pada Selasa (23/9/2025) menuliskan bahwa warga Samapi, salah satu kampung di Elar Selatan, mengalami penderitaan panjang akibat minimnya pasokan air bersih. Ia menyebut masyarakat dipaksa bertahan dalam situasi memprihatinkan, sementara pemerintah daerah seolah tidak menunjukkan kepedulian.

Bacaan Lainnya

Miris!! Krisis air minum bersih di Mamba memaksa warga Samapi nginap demi antrian. PEMDA Matim tutup mata.. kasian sekali eee,” tulis Maksi dalam unggahannya.

Dalam keterangan terpisah, Maksi menegaskan bahwa apa yang ia tulis bukanlah berlebihan. Ia menyaksikan langsung bagaimana tetangga-tetangga di Samapi membawa jerigen sejak sore, kemudian menunggu semalaman hanya untuk memperoleh air beberapa liter. Kondisi ini terjadi hampir setiap hari ketika debit air kecil dan tidak mampu memenuhi kebutuhan warga.

“Air itu kebutuhan pokok. Tapi di sini, kami harus antri panjang bahkan sampai begadang. Ada yang bawa tikar, ada yang tidur di pinggir jalan menunggu giliran. Ini bukan hanya soal kelelahan, tapi juga soal kesehatan dan keselamatan,” ujar Maksi ketika dihubungi wartawan.

Ia menyebutkan, persoalan air bersih di Mamba dan Samapi sudah berlangsung lama. Namun ia menilai pemerintah daerah tidak mengambil langkah serius.

“Setiap kali ada kampanye, janji air bersih selalu dikumandangkan. Tapi kenyataannya sampai hari ini warga tetap menderita. Kalau pemerintah tidak peduli, sampai kapan masyarakat harus hidup dalam keadaan seperti ini?” tambahnya.

Maksi berharap Pemda Matim segera mencari solusi konkret. Menurutnya, pembangunan infrastruktur air bersih seperti pembuatan sumur bor, jaringan perpipaan, maupun mobil tangki distribusi bisa menjadi jawaban sementara.

“Kalau pemerintah masih menutup mata, berarti mereka tidak merasakan penderitaan rakyatnya sendiri,” tegasnya.

Setelah keluhan itu ramai dibagikan, banyak warganet lain yang memberikan komentar. Salah satunya adalah akun Facebook bernama Nirta Khatija. Ia menuturkan bahwa kondisi sulit mendapatkan air bersih di Mamba sudah berlangsung sejak lama, bahkan sejak ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Dari dulu memang begini terus kak, dari zamannya kami SMP dulu di Mamba sudah susah air minum bersih dari jaman bupati ke bupati ,” tulis Nirta dalam komentarnya.

Kepada wartawan, Nirta menegaskan bahwa krisis air bersih di Mamba bukanlah fenomena baru. Menurutnya, hal ini seakan menjadi masalah klasik yang tidak pernah selesai dari generasi ke generasi.

“Saya masih ingat betul, waktu sekolah dulu kami sering terlambat ke kelas karena harus bantu orang tua antri air. Kadang kalau musim kemarau, kami harus jalan jauh hanya untuk dapat setimba,” katanya.

Ia menilai pemerintah daerah kurang serius dalam menjawab kebutuhan dasar warganya.

“Sudah berulang kali bupati berganti, tapi masalah air bersih tetap sama. Tidak ada perubahan berarti. Masyarakat hanya dijanjikan, tapi realisasi tidak pernah terasa,” ucap Nirta.

Menurutnya, air bersih adalah kebutuhan mendasar yang tidak bisa ditawar. Ia berharap kondisi ini segera ditangani.

“Kami hanya ingin hidup layak. Kalau kebutuhan dasar saja sulit, bagaimana masyarakat bisa sejahtera? Pemerintah harus buka mata dan hati, dengarkan jeritan rakyat,” pungkasnya.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *