Gubernur NTT Buka Pelatihan OVOP: UMKM Harus Naik Kelas Lewat Digitalisasi dan Inovasi

KUPANG, Tribungardaikn.com – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terus mendorong penguatan usaha kecil dan menengah (UMKM) lewat program One Village One Product (OVOP). Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena menegaskan bahwa pengembangan ekonomi desa harus berbasis potensi lokal yang dikelola secara modern agar UMKM mampu bersaing di pasar lebih luas.

Hal itu disampaikan Laka Lena saat membuka Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kualitas Lembaga Ekonomi dan Kelompok Usaha Masyarakat pada Program OVOP Tahun Anggaran 2025 yang berlangsung di Hotel Sasando, Kupang, Senin (8/9/2025).

Bacaan Lainnya

Pelatihan ini difokuskan pada peningkatan kapasitas kelompok usaha dampingan OVOP melalui materi pengolahan produk, desain kemasan, pemasaran digital, transaksi online, hingga pembuatan konten kreatif. Sejumlah pihak hadir, mulai dari Kepala Dinas PMD NTT Victor Manek, Koordinator Satpel PVP Kupang Wilfrianus Sabon Tawa, perwakilan BPOM Kupang, perguruan tinggi, BUMD, kepala desa lokus OVOP, hingga pelaku UMKM dari berbagai kabupaten/kota.

Dalam sambutannya, Gubernur Laka Lena menyebut NTT memiliki kekayaan budaya dan sumber daya alam yang tinggi nilainya, seperti tenun ikat, kopi Flores, dan se’i. Namun, ia mengakui masih ada kendala besar yang menghambat UMKM untuk berkembang.

“Potensi kita luar biasa, tapi masih terbentur masalah geografis, akses pasar yang terbatas, literasi digital yang rendah, dan biaya logistik yang tinggi. Karena itu, OVOP kita desain sebagai fondasi ekonomi lokal, dari hulu ke hilir. Mulai dari pengembangan produk, pemberdayaan SDM, penyediaan sarana produksi, hingga promosi dan pemasaran,” kata Laka Lena.

Pemprov NTT sendiri telah memetakan potensi 3.137 desa, dengan 44 desa dipilih untuk mengikuti pelatihan tahap awal ini. Menurut Laka Lena, fokus ke depan adalah memperkuat daya saing UMKM dengan literasi digital, legalitas produk, dan inovasi.

“Kita dorong UMKM untuk tidak hanya menjual produk lama seperti apa adanya. Harus ada inovasi agar bisa naik kelas. Pemasaran digital dan literasi keuangan itu kunci. Kalau tidak, produk kita akan sulit bersaing,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya integrasi UMKM dengan platform pemasaran digital yang sudah ada, seperti NTT Mart dan Dapur Flobamorata. Dengan platform tersebut, produk desa diyakini mampu menjangkau pasar lebih luas, termasuk ke luar negeri.

Dalam kesempatan itu, Laka Lena juga menawarkan konsep baru berupa model bisnis sosial berbasis koperasi atau BUMDes, yang didukung armada motor listrik untuk menekan ongkos distribusi.

“Selama ini biaya logistik menjadi momok utama UMKM kita. Dengan motor listrik, biaya bisa ditekan, efisiensi meningkat, dan hasilnya akan langsung dirasakan masyarakat,” tegasnya.

Ia menambahkan, penguatan UMKM tidak bisa dilakukan pemerintah sendiri. Dibutuhkan sinergi lintas sektor, mulai dari akademisi, swasta, BUMD, hingga pemerintah desa.

“Kalau semua bergerak bersama, UMKM benar-benar bisa menjadi motor penggerak ekonomi NTT yang maju, sehat, cerdas, sejahtera, dan berkelanjutan,” tutupnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *