MAKASSAR, TRIBUNGARDAIKN.COM– Suasana tegang menyelimuti kawasan Jalan Sultan Alauddin hingga AP Pettarani, Makassar, pada Jumat (29/8/2025) malam. Sebuah pos lalu lintas yang berada di perempatan jalan tersebut terbakar saat kelompok massa aksi masih bertahan di lokasi.
Berdasarkan pantauan langsung di lapangan, kobaran api mulai terlihat sekitar pukul 20.00 WITA. Asap hitam membumbung tinggi di atas jalur utama yang merupakan salah satu titik sibuk lalu lintas di Kota Makassar. Massa aksi tampak tetap berkerumun di sekitar area kejadian sambil mengibarkan poster dan meneriakkan yel-yel tuntutan mereka.
Hingga pukul 22.00 WITA, situasi di lokasi masih dipenuhi ratusan orang yang menyatakan sikap perlawanan terhadap kebijakan pemerintah pusat yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat kecil. Mereka menutup sebagian ruas jalan dengan barisan massa, sementara kendaraan yang melintas terpaksa mencari jalur alternatif.
Seorang peserta aksi, Firman (23), menegaskan bahwa aksi tersebut merupakan bentuk ekspresi kemarahan publik yang selama ini tidak didengar. Ia menyebut pembakaran pos lalu lintas sebagai simbol penolakan terhadap praktik ketidakadilan.
“Kalau pemerintah terus tuli terhadap suara rakyat, jangan salahkan kami kalau aksi seperti ini terjadi. Pos ini hanya simbol, yang terbakar sebenarnya adalah rasa keadilan masyarakat,” ujar Firman.
Menurut Firman, massa tidak berniat menyerang masyarakat umum, melainkan mengarahkan aksi pada simbol-simbol negara yang dianggap gagal menjalankan fungsinya. Ia juga menekankan bahwa aksi ini murni dilakukan secara spontan karena rasa frustasi yang sudah menumpuk.
“Ini bukan tentang fasilitas kecil atau besar. Yang kami lawan adalah sikap abai pemerintah. Jangan dipelintir seolah-olah kami perusuh. Kami adalah mahasiswa dan rakyat yang peduli,” tambahnya dengan suara lantang.